Kamis, 23 Juli 2015

Inspirasi dari Seorang Pedagang Martabak

Inspirasi dari Seorang Pedagang Martabak
Ada seorang pria tua yang menjual martabak telur di pinggir jalan di kota Bandung. Para pembeli mengatakan, martabak yang dijualnya sangat enak.
Dia membuat sebuah papan yang mempromosikan bagaimana enaknya rasa martabak telur yang dia jual. Dia berdiri di pinggir jalan dan berteriak "Belilah martabak telur saya, tuan".
Kemudian orang berdatangan membeli martabak telurnya. Karena banyak yang terjual maka laki-laki itu meningkatkan pembelian daging dan menteganya. Dia membeli kompor yang lebih besar sehingga dapat memenuhi kebutuhan pelanggannya. Untuk meningkatkan usahanya, dia meminta anaknya yang lulusan dari perguruan ternama di Jakarta untuk membantunya dalam bisnis keluarga ini. Walaupun dari Universitas ternama selama setahun sang anak ini mencari kerja dan selalu tidak diterima. Ketika Ayah dan Ibunya bertanya tentang hal itu, dia selalu menjawab bahwa pekerjaan sulit didapat karena ekonomi Indonesia sedang memburuk. Sebenarnya dia gengsi ketika mendapat panggilan Ayahnya untuk membantu bisnis martabak telur di pinggir jalan. Tetapi, karena Ayahnya memanggil beberapa kali, dia pun datang.
Sang anak menganalisis semua aspek bisnis. Baik yang makro maupun yang mikro. Setelah menganalisis semua aspek bisnis, anaknya berkata "Ayah, apa Ayah tidak melihat berita di TV atau membaca koran mengenai apa yang sedang terjadi? Harga bahan bakar minyak naik hampir dua kali lipat dan listrik meningkat 90 persen. Ditambah lagi ekonomi Jepang sedang tidak stabil. Pasti hal itu akan mempengaruhi ekonomi negara kita. Kalau keadaan ekonomi buruk, orang akan mengurangi pengeluarannya. Dan otomatis martabak telur Ayah akan mengalami penurunan penjualan. Ayah harus mengurangi berbagai biaya agar martabak telur yang Ayah buat tidak mahal!".
Sang Ayah berfikir, "Anak saya adalah anak yang pintar. Dia pun lulusan universitas, maka dia pasti mengerti apa yang dia bicarakan".
Kemudian, sang Ayah mulai mengurangi pembelian daging dan rotinya, menurunkan papan promosinya, dan tidak lagi berdiri di pinggir jalan untuk menawarkan martabak telurnya.
Alhasil penjualannya menurun dalam waktu cepat. "Kamu benar anakku" kata sang Ayah. "Kita memang dalam masa resesi yang serius".
Comments

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com