Selasa, 07 Februari 2012

Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)


Saudaraku... memang tidak akan ada habis-habisnya bila kita sudah berbicara tentang pendidikan. Baik itu tentang problematikanya yang “seabrek”, apa lagi bila kita mengamati perkembangan pendidikan di negeri tercinta ini. Haduuuhhh jadi pening dibuatnya. Terutama bagi saya yang super awam ini hehehe.

Tapi keawaaman itulah yang membuat saya selalu ingin mencari tahu tentang “apa”, “seperti apa” dan “bagaimana” sih pendidikan itu
sebaiknya? Nah berangkat dari hal itulah, setidaknya saya termotivasi untuk membolak-balik halaman demi halaman buku, modul, serta reverensi lainnya yang kebanyakan sih dapat minjem dari orang-orang cerdas di sekitar lingkungan tempat saya tinggal, bahkan tak jarang “aprak-aprakan” (red. B. Sunda) di alam maya bersama Google tentunya hehehe. polos banget deh.
Ok.. deh kita langsung tancap aja.
Kali ini saya ingin share mengenai pendekatan pembelajaran yang menurut penilaian para ahli adalah salah satu bentuk pendekatan terbaik untuk diaplikasikan oleh para guru dalam kegiatan belajar mengajarnya. Apaan tuh?
Istilahnya adalah Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). Wiih dari bahasanya aja kayaknya ribet banget ya? Hehehe. Tapi tidak begitu juga lho.
Pendekatan CTL ini adalah konsep yang dikembangkan oleh The Washington State Concortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunai pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika Serikat, melalui Direktorat SLTP Depdiknas.
Karena harus kita akui hampir rata-rata pada saat ini pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kegiatan pembelajaran yang berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, sehingga metode ceramah akan menjadi jurus utama dalam menentukan strategi belajar. Yang efeknya dapat mengabaikan pengetahuan awal yang ada pada diri para siswa. Untuk itu diperlukan suatau pendekatan belajar yang memberdayakan siswa. Nah salah satu pendekatan itu adalah pendekatan kontekstual (CTL) ini.

Apa itu Pendekatan CTL?
Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai bekal hidupnya nanti. Sehingga, dengan demikian siswa akan berusaha untuk meggapinya.

Dalam pembelajaran kontekstual, seorang guru bertugas untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan trategi dari pada memberi informasi. Sebaiknya seorang guru mampu megelola kelas menjadi sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu (pengetahuan) yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student centered daripada teacher centered.

Menurut Depdiknas seorang guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut:
  1. Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa.
  2. Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama.
  3. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaitkannya dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual.
  4. Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka.
  5. Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refleksi terhadap rencana pemebelajaran dan pelaksanaannya.

Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu:
Mengaitkan, ini adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia seorang guru mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.

Mengalami, Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.

Menerapkan, Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistis dan relevan.

Kerjasama, Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu terhadap kemajuan dirinya secara signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.

Mentransfer, Dalam hal ini peran seorang guru harus mampu membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan berfokus pada pemahaman siswa bukan pada kemampuan daya hapal siswa.

Menurut Blanchard, ciri-ciri kontekstual adalah:
  1. Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah
  2. Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks
  3. Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri
  4. Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri
  5. Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda
  6. Menggunakan penilaian otentik

Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuah komponen utama, yaitu:
Konstruktivisme (constructivism), Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang dimilikinya.

Menemukan (Inquiry), Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual Karen pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion).

Bertanya (Questioning), Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk:
a. Menggali informasi,
b. Menggali pemahaman siswa,
c. Membangkitkan respon kepada siswa,
d. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa,
e. Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa,
f. Memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, dan
g. Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali
pengetahuan siswa.
Masyarakat Belajar (Learning Community), Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari “sharing” antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.

Pemodelan (Modeling), Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.
Refleksi (Reflection), Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.

Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment), Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.

Naah... gimana sudah fahamkah? Ok.. deh...
Meskipun baru sekedar paham, itu sudah merupakan sesuatu hal yang baik bagi kita. Namun jauh lebih baik bahkan akan mendekati sempurna apabila kita mau dan tekun dalam mengaplikasikannya pada kegiatan belajar mengajar kita.

Baiklah, untuk kali ini saya kira cukup sampai disini dulu. Nanti kita gali lagi pengetahuan-pengetahuan yang lainnya. Yang mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi khususnya saya pribadi dan anda-anda sekalian pada umumnya. Amiiiin.

Nantikan artikel selanjutnya ya.

***MAJU TERUS PENDIDIKAN INDONESIA !***
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com